Kala Caleg Primadona Terpental dari Senayan

Lintas Jabodetabek785 kali dibaca

Jatim VII sebenarnya wilayah baru bagi Budiman. Pada Pemilu 2009 dan 2014, ia maju dari dapil Jawa Tengah VIII yang meliputi Cilacap dan Banyumas. Tetapi, pindah dapil bukan faktor utama kegagalan Budiman. Lulusan Cambridge University itu ternyata sudah lama tak berminat nyaleg.

“Sejak 2017 sudah pamit ke tim saya. Saya pikir periode ketiga pasti saya mentok, tidak banyak ide. Sebuah jabatan publik itu harus fit. Bagi saya fit itu dua periode,” kata Budiman kepada kumparan di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Sabtu (4/5).
Oleh sebab itu ia tak mendaftar ketika Dewan Pimpinan Pusat PDIP menyusun Daftar Caleg Sementara pada 2018. Sampai suatu ketika, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menghubunginya. “Mas Hasto bertanya, saya nyalon atau enggak. Saya bilang, inginnya ndak nyalon,” cerita Budiman.

Saat itu bertepatan dengan dimulainya persiapan pilpres. Budiman mengutarakan keinginannya fokus memenangkan Jokowi di Pilpres 2019. PDIP pun setuju menempatkan Budiman sebagai pasukan pemenangan pilpres. Namun, menurut Hasto, Budiman harus punya daerah yang diprioritaskan untuk mendongkrak suara Jokowi.

“Pak Sekjen bilang, ada satu daerah yang di era SBY diambil semua suaranya oleh Demokrat (Jatim VII). Dan di 2014, dari lima kabupaten di sana, Pak Jokowi kalah di dua kabupaten,” kata Budiman.

Singkatnya, Budiman didaftarkan nyaleg di Jatim VII untuk memperkuat pemenangan Jokowi sekaligus menambah perolehan suara PDIP di sana. Namun kenyataan berkata lain, aktivitas Budiman selama kampanye justru tersita di Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf.

Ia sering berkampanye untuk Jokowi di berbagai negara Eropa hingga Australia. Selain itu, ia kerap diundang menjadi narasumber di berbagai diskusi, debat, serta talkshow sebagai anggota TKN Jokowi-Ma’ruf.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses