Deli Serdang, Lintas10.com – Maraknya tambang diduga ilegal yang memicu kerusakan lingkungan dalam jangka pendek maupun jangka panjang serta merusak lapisan dasar sungai tak dihiraukan lagi demi meraup keuntungan pribadi oleh para oknum pelaku tambang ilegal di daerah Sumatera Utara (Sumut). Hal ini terpantau di sepanjang aliran sungai sei ular yang berada di perbatasan dua Kabupaten yakni Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
Dilokasi, terpantau mobil dumtruk hilir mudik melangsir pasir hasil tambang. Para perkerja dibekali dengan mesin menyedot pasir dari dasar sungai. Pada bagian hulu sungai, juga terdapat alat berat diperuntukkan untuk mengkorek dasaran sungai. Informasi diterima kru awak media dari seorang pekerja sebut saja namanya Parjo mengatakan bahwa alat berat tersebut di operasikan pada malam hari, sementara penyedotan pasir dilakukan pada siang hari bebernya.
” Disini menyedot pasir menggunakan mesin. Di atas (hulu sungai -red) menggunakan alat berat skavator tapi mainnya malam hari ” terang Parjo, Selasa (10/06/2025).
Dilokasi, tampak papan informasi berisi larangan tambang ilegal beroperasi dilokasi tersebut. Larangan ini dipajang tepat dipinggiran aliran sungai sei ular yang berbunyi ” Dilarang melakukan pengambilan / penambangan tanah dan pasir berdasarkan undang – undang nomor 17 tahun 2019 tentang sumber daya air pasal 63 huruf a. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan kerusakan sumber daya air diancam dengan pidana panjara paling singkat 3 tahun dan denda 5 miliar ” tulis dalam spanduk larangan tersebut.
Faktanya, para pelaku tambang yang mengkeruk tanah maupun pasir tetap beraktivitas serta menganggap spanduk larangan tersebut hanya pajangan belaka. Padahal spanduk larangan tersebut dibuat oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Kodam 1 Bukit Barisan dan stakeholder lainnya.