Kegiatan ini sejalan dengan kebijakan Dirjen PB untuk mendorong seluruh aktivitas perikanan budidaya agar mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan, karena restocking adalah upaya untuk pemulihan kembali stok ikan di alam.
Restocking, kata dia, tidak boleh menggunakan sembarang benih ikan, harus ikan-ikan yang habitatnya di perairan setempat. Kalau pun harus mendatangkan benih ikan dari luar, maka disarankan untuk ditebarkan di kolam, waduk atau perairan umum tertutup agar tidak menyebar.
“Pemulihan kembali stok ikan di alam, dengan harapan ikan-ikan di Danau Bokuok tetap terjaga keberadaannya, di samping itu juga bisa meningkatkan produksi perikanan dan mensejahterakan masyarakat,” katanya.
Dikatakannya lagi, oleh Menteri KKP Susi Pudjiastuti, Dirjen PB ditargetkan memproduksi benih baik ikan air tawar, payau dan laut sebanyak 25 juta ekor benih pada 2017. Saat ini target tersebut sudah mencapai 200 persen.
“200 persen yang terealisaai, dari 25 juta benih yang ditargetkan sudah 50 juta dan tersebar di 20 provinsi,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kampar Usman Amin dalam sambutannya menyampaikan, saat ini Kabupaten Kampar merupakan daerah penghasil terbesar ikan air tawar. Dimana setiap hari bisa surplus 50 sampai 60 ton/harinya.
Hal ini berhasil juga tidak terlepas dari hasil sentra ikan patin dengan nama Kampung Patin yang terdapat di Desa Koto Masjid Kecamatan XIII Koto Kampar, penghasil ikan lele atau Kampung Lele di Desa Hangtuah, Kecamatan Perhentian Raja, penghasil ikan baung di Bendugan Sungai Paku, Kecamatan Kampar Kiri, serta sentra ikan jelawat di Desa Ranah, Kecamatan Kampar.
Hanya saja dalam budi daya ikan air tawar, biaya yang dikeluarkan untuk pakan mencapai 70%, untuk itu gerakan pakan mandiri sangat perlu dikembangkan setiap daerah karena akan bisa mengurangi dari 70% menjadi 60% kebawah. “Memang saat ini di Kampar sudah tercatat lebih kurang 300 pakan mandiri atau pengolahan pakan ikan sendiri,” ucap Usman Amin.