Menurutnya, PHR cenderung berambisi mengejar target produksi migas lewat pengeboran sumur minyak secara massif. Sementara pada sisi lain, efiensi besar-besaran dilakukan.
“Ambisi ngebor minyak yang menggebu-gebu diperparah oleh efisiensi yang dilakukan oleh PHR dikhawatirkan akan berdampak pada keselamatan kerja pekerja. Jangan hanya karena mengejar ambisi produksi minyak, tapi nyawa buruh manusia dikorbankan,” tegas Suwandi.
Diwartakan kemarin, Mizi (24) pekerja crane di Blok Rokan tewas usai kepalanya tertimpa boom crane yang beraktivitas pukul 21.00 malam. Kejadian memilukan ini terjadi di proyek pengeboran sumur Bekasap-206 yang disebut Rig Airlangga-55. Proyek ini dikerjakan oleh sub kontraktor PT Asia Petrocom Service (APS) yang merupakan mitra dari PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), kontraktor pengelola Blok Rokan yang mengganti PT Chevron sejak 9 Agustus 2021 lalu.
Saat itu terjadi aktifitas perpindahan rig ke lokasi baru. Saat menurunkan crane dari lowbed, operator crane mengangkat boom sekitar 2 meter. Tujuannya untuk memindahkan tiang penyangga yang digunakan sebagai penyangga boom saat mobilisasi crane.
Tiba-tiba boom yang diangkat tidak bisa bertahan sehingga turun dan mengenai korban di bagian kepala. Sempat dilarikan ke fasilitas kesehatan di Duri, namun Mizi sudah menghembuskan nafas terakhirnya.
Korban Mizi (24) merupakan warga Desa Penaso, Kecamatan Pinggir, Bengkalis.
Vice President Corporate Affair PT PHR wilayah kerja Rokan, Sukamto Tamrin belum menyatakan pihaknya
Vice President Corporate Affair PT PHR wilayah kerja Rokan, Sukamto Tamrin belum menyatakan pihaknya sedang melakukan investigasi atas kecelakaan kerja tersebut.
“Saat ini kami sedang melakukan investigasi terkait peristiwa tersebut,” terang Sukamto, Sabtu (11/12/2021).