Disbintalad gelar sarasehan bintal TNI AD tahun 2018 di Madisbintalad, Jaktim

Lintas Jabodetabek1,112 kali dibaca

Jakarta, Lintas10.com – Dinas Pembinaan Mental TNI AD menyelenggarakakan Sarasehan Pembinaan Mental TNI AD tahun 2018 di Aula Pinaka Wiratama Markas Disbintalad, Jalan Kesatrian VI/1, Berland, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (29/11/208).

Ketua Panitia Sarasehan Kol Inf Ardi Kartono, SIP yang juga menjabat Kasubdisbintalad mengatakan, peserta Sarasehan yang berjumlah 156 orang ini,
terdiri dari Aspers Kasad, Dir/Ka/Dansat jajaran TNI AD Wilayah Gartap I/Jakarta, para Ka/Pa Bintal Kota/Balakpua, serta tokoh agama, dengan Tema “Prajurit Yang Bermental Tangguh mampu Melaksanakan Tugas Dengan Baik dan Berhasil”.

“Kita harapkan melalui sarasehan ini mampu membangun mental prajurit yang tangguh, sehingga bisa menjawab tantangan tugas kedepan terlebih dihadapkan dengan perkembangan arus globalisasi dan teknologi informasi, ” kata Kol Inf Ardi Kartono.

Kol Inf Ardi Kartono mengatakan, tujuan dan sasaran Sarasehan adalah untuk mewujudkan mental yang tangguh guna mendukung tugas pokok dan sarasehan TNI Angkatan Darat tahun anggaran 2018 dengan aman lancar dan baik.

“Serta terwujudnya prajurit dan PNS TNI AD beserta keluarga yang bermental tangguh sehingga mampu melaksanakan tugas dengan baik dan berhasil,” katanya.

Adapun nara sumber terdiri dari Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (2018-sekarang, Prof DR Mahmud, MSi (Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung), dan Prof DR Romo Franz Magnis Suseno SJ (penerima Bintang Mahaputera Utama dari Presiden RI tahun 2015).

Dalam sambutan Kadisbintalad, Brigjen TNI Asep Syaripudin yang dibacakan Sesdisbintalad, Kol Arh Umar Sanusi mengatakan, kegiatan sarasehan Pembinaan Mental (Bintal) ini dilaksanakan pada akhir tahun sekaligus sebagai sarana evaluasi sampai sejauh mana kegiatan bintal melalui program-programnya mampu meningkatkan kualitas mental prajurit menjadi mental yang tangguh baik secara rohani, ideologi, maupun kejuangan sehingga mampu melaksanakan tugas dengan baik dan berhasil.

Baca Juga:  Kasad: Pileg Dan Pilpres Tahun 2019, TNI AD Dituntut Menjaga Netralitas

Kadisbintalad mengatakan,
bahwa mental yang tanggung dapat dilihat pada sosok prajurit yakni pertama, memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki akhlak Yang Mulia, Kedua, memiliki rasa nasionalisme yang tinggi cinta terhadap tanah air, bangga dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga dia rela berkorban demi membela dan memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Ketiga, mempunyai militansi yang kuat semangat pantang menyerah rela berkorban, punya sifat keperibadian yang disiplin, solid, dan cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang mulai dari era kerajaan, zaman penjajahan, zaman kemerdekaan, bahkan sampai pada era globalisasi sekarang ini yang masing-masing pada eranya atau zamannya memiliki pejuang-pejuang yang handal bermental tangguh yang telah mengukir sejarah perjalanan bangsa ini terutama dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia,” kata
Brigjen TNI Asep Syaripudin.

Sementara itu, Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar mengatakan, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenali sejarah bangsanya, dan bangsa yang besar itu adalah bangsa yang menghormati jasa-jasa para pahlawan, dan bangsa ini Secara demografi, adalah negara yang majemuk yang heterogen, multi etnis, dan multi agama.

Oleh karena itu, kata Agum, Pancasila adalah sebagai alat pemersatu sebagai falsafah hidup bangsa sebagai ideologi negara.

“Inilah yang tonggak sejarah pertama yang ingin saya tekankan bahwa negara kesatuan Republik Indonesia itu dengan dasar Pancasila adalah suatu produk dari para pejuang kita sebagai bangsa yang besar, kita harus menghormati jasa para pahlawan kita. Ini nanti kaitannya kepada perkembangan situasi yang kita hadapi sekarang ini,” kata Agum.

Sementara itu, Prof DR Romo Franz Magnis Suseno menuturkan, bahwa prajurit yang bermental tangguh adalah prajurit yang sadar dan bersedia menjaga keutuhan Indonesia yang kita warisi dari para pendiri bangsa dan negara yang kebal terhadan tipuan ideologis serta godaan pebyalah-gunaan kekuasaan demi keuntungannya sendiri.

Baca Juga:  TNI Siapkan Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-N UNIFIL TA 2019

Terkait Pancasila, Romo Franz mengatakan, tidak ada mayoritas agama, budaya, etnis. “Indonesia adalah milik kita bersama, tanpa membeda-bedakan antara mayoritas dan minoritas. Indonesia utuh karena masing-masing identitas etnis semua bersatu dalam lima sila yakni Pancasila,” katanya.

Salah satu nara sumber pada Sarasehan, Prof DR Mahmud, MSi terkait Militansi versus Kriminal menyampaikan, bahwa orang-orang militan adalah orang-orang yang mau meyiapkan dirinya untuk kebaikan-kebaikan banyak orang, bukan orang-orang yang mengorbankan orang lain.

“Tindakan-tindakan intoleransi dan penghilangan nyawa orang-orang tidak bersalah menurut hukum (terorisme) adalah kriminalisme yang tidak memiliki dasar logika apapun dalam ajaran setiap agama,” kata Prof Mahmud.

Editor : Benz











Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses