Karena samakin terpinggirkan dan di lupakan oleh masyarakat yang kurang peduli para tokoh pemuda ini mengingatkan akan pentingnya peran pemerintah daerah untuk tetap menjaga kelestarian serta merawat budaya dan kearifan lokal ini,jangan sampai ada multitafsir sehingga akan terjadi singgungan-singgungan atau gesekan-gesekan hanya karena merasa kurang di perhatikan dan kurang di rawatnya budaya dan kearifan lokal yang selama ini mereka rawat dan mereka jaga selama ini.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban dan hadirnya pemerintah daerah para tokoh pemuda ini mengharap dapat di tuangkan dalam bentuk sautu perda atau perbup sehingga ada langkah bersama utk menjaga dan merawat budaya dan kearifan lokal tersebut.
Karena kearifan lokal serta budaya yang ada di Lampung Timur khusus nya suku Lampung yang sudah lama mendiami BUMEI TUWAH BEPADAN ini seperti semakin pudar dan semakin tidak di pedulikan oleh bayangan kemajemukan masyarakat yang ada saat ini.
Pemerintah daerah di harapkan oleh para tokoh pemuda ini dapat mengambil langkah strategis dan kongkrit sebagai bentuk kepedulian pemerintah bahwa kearifan lokal serta budaya lokal ini dapat di pertahankan dan di kembangkan di masa depan.
“Kira-kira ini kita berandai-andai,jika kita bangun icon menara siger di marioboro DI Jogjakarta,apa kira-kira sikap masyarakat sana.
Atau kita bangun menara siger di alun-alun Provinsi Aceh”
Hal ini juga mungkin bisa terjadi dengan daerah kita.
Hal ini di ungkapkan oleh salah satu tokoh pemuda tersebut yaitu Sofyan Subing.
Dalam penuturannya yang di sampaikan pada saat berkunjung ke sekretariat DPC AWPI Lampung Timur banyak mendapat respon dari tokoh-tokoh pemuda yang hadir di sekretariat AWPI Lampung Timur.