Pengunjung berjalan di pelataran Masjid Raya Sumbar, di Jl Khatib Sulaiman, Padang (Antara Sumbar/Iggoy El Fitra)
Masjid Raya Sumbar dibangun dengan konstruksi ramah gempa sehingga jika ada bencana gempa dan tsunami lantai dua difungsikan sebagai tempat evakuasi sementara.
Pada bagian depan terdapat dua anjungan melandai dan satu di belakang sehingga masyarakat mudah mengakses tanpa menggunakan tangga.
Untuk berwudhu tersedia puluhan keran di lantai satu yang sumber airnya dari sumur tanah dan dibantu PDAM sebagai cadangan.
Pada halaman masjid terdapat taman yang indah dengan lampu penerangan dari tenaga surya. Sementara untuk parkir setidaknya bisa menampung hingga 600 mobil.
Karena bangunannya yang besar tak kurang dari Rp20 juta per bulan biaya yang dikeluarkan untuk membayar tagihan listrik Masjid Raya.
“Semua operasional berasal dari infak jamaah, alhamdulillah cukup selama ini bahkan pada hari-hari pertama Ramadhan bisa mencapai Rp10 juta infak yang terkumpul,” kata Yulius.
Selama Ramadhan Masjid Raya Sumbar juga menyediakan takjil gratis dan 10 hari terakhir menggelar itikaf dengan rata-rata peserta mencapai 1.000 orang setiap malam.
Sedangkan pada malam Ramadhan juga digelar salat tarawih dengan delapan rakaat dan tiga rakaat salat witir dengan bacaan imam setengah juz tiap malam.
Karena lokasinya yang strategis jamaah Masjid Raya Sumbar selalu ramai bahkan pada salat Jumat selalu membludak hingga keluar.
Di luar Ramadhan setiap Minggu pagi juga dilaksanakan Subuh mubarak yaitu ceramah usai salat menghadirkan penceramah yang kompeten.
Peminatnya banyak mencapai 500 orang, semua peserta diberi kesempatan bertanya kepada ustadz dengan cara ditulis di kertas, selain itu selesai pengajian juga disediakan sarapan gratis, kata dia.