Masjid Raya Sumatera Barat Bukti Kebesaran Umat Islam di Ranah Minang

Saat berkunjung ke Masjid Raya Sumbar pada 21 Februari 2019 Ridwan Kamil menuturkan biro arsitek Urbane yang dulu dia dirikan berhasil memenangi sayembara desain Masjid Raya Sumatera Barat.

“Masjid ini desainnya disayembarakan, dan kantor saya Urbane membuat tiga tim dan yang menang adalah tim B. Jadi yang menang sayembara desain Masjid Raya Sumbar ini tim arsitek kami,” kata dia.

Perancang Masjid Raya Sumatera Barat, menurut dia, arsitek bernama Rizal Muslimin yang saat ini menjadi dosen di Sydney, Australia.

“Jadi konsepnya masjid ini adalah kain yang terbentang, pada cerita terjadi perselisihan bagaimana memindahkan batu hajar aswad oleh empat suku di Mekah. Dan oleh Nabi Muhammad diambil kain, nah bentangan kain yang ada batu di tengah ini melengkung. Sehingga melengkung-nya ini yang jadi atap masjid,” katanya.

Singkat cerita pada 2007 mulai dilakukan tender dan pada 2008 pembangunan Masjid Raya Sumbar resmi dimulai.

Suasana di dalam Masjid Raya Sumbar, di Jl Khatib Sulaiman, Padang (Antara Sumbar/Ikhwan Wahyudi)

“Total pembangunan hingga benar-benar selesai memakan waktu selama 10 tahun bersumber dari APBN hingga APBD hingga sumbangan masyarakat,” kata Yulius.

Tidak hanya dari Sumbar, masjid Raya juga mendapatkan bantuan dari Pemprov Jawa Barat Rp7,5 miliar dan Papua Barat Rp5 miliar.

Salah satu pengerjaan yang paling rumit adalah membangun atap gonjong karena posisinya yang miring hingga mendatangkan ahli panjat tebing untuk mengecatnya.

Berbentuk persegi dengan luas bangunan 4.430 meter persegi Masjid Raya terdiri atas tiga lantai dengan lantai dua sebagai tempat salat utama memiliki daya tampung 4.000 orang.

Jika lantai tiga digunakan dapat menampung 2.000 orang lagi dan kalau selasar dipakai bisa sampai 15 ribu total daya tampungnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses