Waktu itu tinggal dua pasangan calon presiden tersisa: Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi dan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla. Keduanya sedang berkampanye untuk pemilihan pada 20 September 2004.
Jawaban singkat itu memancing Rachland bertanya lebih jauh. Dipakai oleh calon manakah kemungkinan kematian Munir dipolitisasi? Intelijen tersebut tak menjawab dengan tegas. Ia hanya bilang pemerintah yang berkuasa waktu itu adalah Megawati dengan Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal A.M. Hendropriyono.
Menurut Nico, latar belakang penyebutan nama Hendropriyono itu adalah cerita intel perempuan ini sebelumnya bahwa intelijen Belanda sudah mengendus sejak awal kematian Munir akan berujung di badan intelijen. “Ia mengutip analisis-analisis komunitas telik sandi bahwa cara Munir mati sangat khas kerja intelijen,” katanya.
BACA: Berita Seputar Kematian Munir dan Pengusutannya
Dengan jawaban mengambang itu, Rachland merumuskan sendiri apa yang dipikirkannya. Sepanjang hidup, Munir terkenal sebagai pengkritik militer. Ia membela para aktivis yang diculik Tim Mawar bentukan Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat. Ia turut menggagas tentara kembali ke barak dan menghentikan peran politik mereka di parlemen. Sebelum meninggal, ia tengah menyusun Undang-Undang Intelijen dan Keamanan Negara.
“Jadi, dengan temuan arsenik, pembunuhnya diduga pihak yang tak suka kepada aktivitasnya, yaitu tentara. Forensik ini bisa dipakai untuk kampanye hitam bagi Yudhoyono yang jenderal tentara?”
“Seperti itu singkatnya,” kata intel tersebut.
“Mengapa Munir dibunuh dengan cara serumit itu?”
Intel ini menjelaskan bahwa memilih pesawat sebagai tempat pembunuhan merupakan cara terbaik mengumumkannya ke seluruh dunia. Dengan dosis yang dinaikkan, Munir dipaksa tewas sebelum mendarat, sehingga negara tujuan otomatis mengotopsinya tanpa persetujuan keluarga, seperti aturan umum dalam penerbangan. “Itu rupanya yang diinginkan pembunuh Munir: Belanda mengumumkan ke dunia seorang aktivis antimiliter terbunuh di sekitar hari pemilihan presiden,” ujar Rachland.