lintas10.com, SIAK – Terkait terhadinya pelemparan yang diduga bom molotov kerumah Sekretaris ULP, Anggota DPRD Siak meminta Pokja ULP Siak menjadi bahan evaluasi bagi penyelenggaraan lelang kegiatan fisik dan pengadaan barang, aksi teror itu dinilai merupakan buntut kekecewaan rekanan yang merasa dirugikan atas penyelenggaraan lelang.
Hal itu diunkapkan salah satu Anggota DPRD Siak Marudut Pakpahan, Menurut politisi partai demokrasi indonesia perjuangan (PDI-P ) itu tindakan kriminal yang dilakukan orang tak dikenal itu menjadi gambaran bagaimana penyelenggaraan lelang kegiatan di ULP.Untuk itu kedepan ia minta peroses lelang bisa diselenggarakan sesuai peraturan, transparan.
“Mungkin ada yang merasa tidak puas, merasa menang namun saat penguman perusahaan lain yang menang, sehingga merasa dirugikan atau merasa benar namun dipersalahkan,” kata anggota DPRD daerah pemilihan kecamatan Tualang itu Rabu (19/10/2016).
Selaku wakil rakyat Marudut tidak begitu mempermasalahkan siapa yang menang tander, namun ia berharap ULP bisa bersikap transparan, memenangkan perusahaan yang benar-benar layak.
“Tupoksi kami hanya dipengawasan, siapapun yang menang tidak jadi masalah, namun harus sesuai dengan kenyataan dilapangan, jangan sampai ada yang seharusnya menang namun pada penguman lain. Perusahaan yang menang kerjakan proyek itu dengan benar, jangan asal-asalan,” sebut Marudut Pakpahan.
Terpisah, Ketua Ormas Masyarakat Peduli Kabupaten Siak (MPKS) Wan Hamzah menilai selalu ada indikasi permainan pada penyelenggaraan lelang kegiatan, hal itu terlihat dari lamanya waktu proses lelang.
“Lelang yang dilakukan Pokja lama diumumkan, ini mengindikasikan ada waktu yang dipergunakan untuk negoisasi dengan peserta lelang,” kata Wan Hamzah.
Lebih jauh Wan Hamzah menceritakan ada beberapa kegiatan yang tidak jadi direalisasikan karena ULP lambat mengumumkan siapa pemenang lelang.
“Kita pantau ada beberapa kegiatan yang tidak direalisasikan karena ULP lambat mengumumkan pemenang lelang. Pekerjaan itu membutuhkan waktu cukup lama, saat diumumkan rekanan hanya memiliki waktu 3 bulan untuk mengerjakannya. Melihat hal itu SKPD penyelengara kegiatan tidak berani melaksanakan kegiatan tersebut, karena takut tidak rampung, dan akhirnya SKPD pelaksana kegiatan dan rekanan yang tersandung. Dalam kasus seperti ini ULP tidak mau disalahkan,” tegas Wan Hamzah.
Lebih blak-blakan, lanjut Wan Hamzah, bisa jadi ada pihak yang telah dijanjikan menang dalam suatu kegiatan, namun pada penguman perusahaan lain yang menang.
“Menurut kami, panitia yang bekerja di ULP sudah telalu lama tugas di sana, bisa jadi mereka jenuh, sebaiknya diganti dengan orang baru,” sebut Wan Hamzah.
Di lain sisi, Wan Hamzah tidak menginginkan pelemparan molotov itu terjadi, walau bagaimanapun aksi teror tersebut merupakan tindakan kriminal dan melawan hukum. “Kita juga tidak menginginkan adanya kejadian ini, karena ini tindakan kriminal,” kata Wan Hamzah.
Senada disampaikan oleh Bupati Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Kabupaten Siak Dedi Irama, menurutnya penyelenggaraan lelang di Unit Layanan Pengadaan perlu dievaluasi.
Sebagai LSM yang memiliki misi transparansi publik Dedi Irama mengaku sudah lama coba mencari bukti-bukti cara bermain pihak ULP. “Masalah siapa yang bermain menurut saya tidak perlu disebut, kalau di Siak menjadi rahasia umum,” terang Dedi Irama.
Dikatakan Dedi, banyak pihak yang menduga orang yang bekerja sebagai panitia lelang merupakan orang kepercayaan salah satu kepala SKPD yang memiliki proyek fisik terbanyak. Hal itu dititipkan di ULP menyelenggarakan kegiatan dari SKPD tersebut sehingga perusahaan yang menang jelas.
Kapolres Siak AKBP Restika Pardamean Nainggolan ketika dikonfirmasi kasus itu memang sudah dilaporkan ke pihak kepolisian Sektor Siak.
“Kasus itu sudah dilaporkan ke Polsek Siak,” kata Kapolres kepada lintas10.com dan iapun mengatakan supaya jelas menghubungi Kapolsek Siak
Kapolsek Siak Kompol Abdul Rahman saat dikonfirmasi membenarkan adanya kejadian pelemparan molotov tersebut.
“Kasus ini dalam lidik,” kata Kompol Abdul Rahman.
Pihak Polsek Siak juga sulit membuktikan siapa pelaku dibalik kejadian tersebut, pasalnya tidak ada saksi yang melihat langsung.
“Barang buktinya botol dan sumbu. Kasus ini terjadi sebelum saya tugas di Siak,” terang Kapolsek yang baru. (Sht)







