Dalam pengarahannya Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Appe juga menyampaikan bahwa Presiden RI minta sistem pertanian harus berkelanjutan. “Kita harus mengolah menjadi suatu usaha lebih memberikan nilai tambah. Tiga hal harus dilakukan yakni kreatifitas, inovasi dan jiwa wirausaha,” bebernya.
Dikatakan, sekarang petani lebih banyak menanam, terus dikonsumsi dan tidak ada berkelanjutan secara terus menerus dan tidak menjadi kemandirian di tengah masyarakat.
Ia mengungkapkan, keunggulan lain bibit sidenuk ini adalah masa tanam hingga panen hanya tiga bulan, bahkan pernah hanya 83 hari.
Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) RI Hendig Winarno menambahkan, bibit padi sidenuk yang dikembangkan Batan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Di Sumatera telah dikembangkan di Musi Rawas Sumatera Selatan, beberapa daerah Sumatera Barat, Padang Sidempuan Sumatera Utara dan Aceh. Sementara di Riau, Kabupaten Kampar adalah daerah pertama yang menanam bibit ini. “Kalau persentase nasional masih 0,4 persen, tapi bibit sidenuk telah ditanam sekitar 40 ribu hektare lahan. Yang terbanyak masih jenis jiherang,” bebernya.
Gubernur Riau yang diwakili Arbaini maupun Bupati Kampar yang diwakili Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Pembangunan Aliman Makmur menyambut baik bantuan banjir bibit dan teknologi di Kampar.
Aliman Makmur menyampaikan, saat ini
Kampar sedang menggalakkkan program 3i
(infrastruktur, investasi dan industri). “Dari hasil lima ton dalam satu hektar dan menjadi sepuluh hektare kan luar biasa. Kita siap bekerjasama dengan pemerintah pusat,” ungkap Aliman Makmur.
Ia menambahkan, Kampar berpotensi untuk meningkatkan secara tajam produktifitas padinya karena luas lahan di Kampar mencapai 5.000 hektare lebih.(bi)