Setelah itu, Konferensi Sosialis Internasional diselenggarakan di Paris, Perancis pada 1889. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa demonstrasi buruh di Amerika Serikat pada 1 Mei 1886 sebagai peringatan Hari Buruh Internasional. Di Amerika Serikat, Hari Buruh ditetapkan sebagai hari libur nasional pada 1894.
May Day di Indonesia
Peringatan Hari Buruh juga sampai di Indonesia, pertama kali diperingati pada 1920. Namun, Hari Buruh tidak lagi diperingati di era kepemimpinan Presiden Soeharto atau era Orde Baru karena diiidentikkan dengan gerakan atau paham komunis.
Sejak peristiwa Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) pada 1965 Hari Buruh menjadi tabu di Indonesia.
Soeharto menghilangkan May Day pada 1967 dengan mengganti nama Kementerian Perburuhan pada Kabinet Dwikora menjadi Departemen Tenaga Kerja. Soeharto menunjuk Awaloedin Djamin sebagai Menteri Tenaga Kerja pertama era Orde Baru. Ia dipilih karena latar belakangnya sebagai perwira polisi.
Menurut Soeharto, Awaloedin merupakan sosok yang tepat untuk mengisi jabatan itu karena dinilai mampu menghadapi kaum buruh.
“Serikat buruh saat itu masih kuat maka Peringatan hari buruh pada 1 Mei 1966 masih diadakan oleh Awaloedin setelah mendengar pertimbangan Soeharto,” demikian rangkuman CNNIndonesia.com.
Peringatan diadakan cukup meriah dengan di isi acara pawai kendaraan melewati istana. Seusai peringatan 1 Mei itu, Awaloedin melemparkan gagasan bahwa tanggal itu tidak cocok untuk peringatan buruh nasional. Selain itu, peringatan May Day selama ini telah dimanfaatkan oleh Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) atau PKI.
Perkembangannya kemudian, serikat buruh digiring untuk berorientasi ekonomis. Hal itu dimulai dengan penyatuan serikat buruh yang tersisa dari huru-hara 1965 ke dalam Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) yang kemudian menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI).