Ia menjelaskan, per harinya satu kelompok yang terdiri atas 10 orang nelayan itu bisa memakai 3 kg pil portas. Pil-pil portas tersebut bisa menjadi ya 100 – 200 liter untuk mendapatkan 300 kg ikan. Padahal, kerusakan yang timbul dan potensi pendapatan yang hilang jauh lebih banyak. Hal ini sudah dibuktikan secara ilmiah oleh peneliti.
Menteri Susi meminta agar masyarakat, pelaku usaha, maupun para pemangku kebijakan mulai peduli dengan praktek bom ikan.
“BNPT saya mohon memerhatikan penggunaan detonator yang dipakai untuk ngebom ikan. Itu juga potensi untuk teroris. Jadi, tempat bom ikan itu biasanya tempat mereka meracik. Waktu wawancara mereka bilang dapat bom dan mesiunya dari mana yaitu dari wilayah pengebom-pengebom ikan. Sama,” pungkasnya.
Suhardi menyampaikan bahwa pihaknya akan bertukar informasi lebih lanjut dengan KKP untuk bekerja sama meminimalisir masuknya kejahatan dan paham radikal lewat lautan ke depan. Dengan begitu, ia berharap mendapatkan peta permasalahan yang tepat agar tiap instansi pemerintahan dapat saling mengisi dengan kemampuan dan komptensinya masing-masing.
Editor: Benz