Tapanuli Selatan, lintas10.com – Memiliki buah hati yang sempurna dan berprestasi merupakan impian banyak orang. Namun terdapat segelintir orang yang harus tabah merawat ‘Anak Berkebutuhan Khusus’ dengan penuh kesabaran.
Hal ini dialami oleh keluaraga Rahmad Syukur Harahap, warga pasar Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan (Sumatera Utara). Sekian tahun mereka berjuang, membimbing tumbuh dan kembang sang buah hati. Tentu bukan hal mudah. Tapi tantangan itu akhirnya membuat sang ayah (Rahmad Syukur Harahap) bangga terhadap putrinya yang berhasil meraih juara perlombaan bola bocce.
Keterbatasan fisik tidak menjadi hambatan bagi putri Rahmad Syukur Harahap untuk meraih prestasi, seperti yang di alami pada Nurul Agustina Harahap (13) menjadi jauara dalam perlombaan bola bocce. Nurul lahir dari keluarga sederhana yang dibesarkan di Sipirok, kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Nurul, anak yang memiliki kekurangan atau keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation) atau bisa disebut tunagrahita. Tuna grahita memiliki IQ di bawah rata-rata anak normal pada umumnya, sehingga menyebabkan fungsi kecerdasan dan intelektual mereka terganggu yang menyebabkan permasalahan-permasalahan lainnya yang muncul pada masa perkembangannya.
Nurul yang menempuh pendidikan di SLB (Sekolah Luar Biasa) Negeri Angkola Timur, kabupaten Tapanuli Selatan, di sekolahnya dia mengikuti banyak kegiatan diantaranya ia belajar untuk menimba ilmu pengetahuan serta mengasah bakat yang dimilikinya.
Nurul menjadi salah satu murid yang mewakili Kabupaten Tapanuli Selatan (Sumatera Utara) yang menjadi perwakilan sekolahnya untuk mengikuti perlombaan – perlombaan yang diadakan baik ditingkat Provinsi maupun tingkat nasional.
Namun sangat disayangkan, orang – orang yang senasib dengan Nurul, justru tidak jarang kurang mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah.
Rahmad Syukur Harahap ayah Nurul kepada media ini menceritakan, bahwa putri sulungya itu memiliki prestasi dibidang olahraga bola bocce.
“Alhamdulillah bang putri kami itu sudah dua kali meraih juara di bidang olahraga bola bocce di tahun 2020 ini. Juara pertama ditingkat provinsi Sumatera Utara dan juara delapan ditingkat nasional di Jakarta dan Ia juga menjadi peserta yang mewakili Kabupaten Tapanuli Selatan”, tutur Rahmad kamis, (03/12/2020).
Bertepatan di tanggal 3 Desember ini dimana diperingati hari difabel internasional, sebagai seorang ayah yang memiliki anak yang berkebutuhan khusus, Rahmad berharap kepada pemerintah, khususnya pemerintah daerah Kabupaten Tapanuli Selatan supaya lebih memperhatikan lagi anak – anak yang memiliki disabilitas.
Selain itu Rahmad juga mengungkapkan hal yang mengharukan di wilayah Sipirok yang senasib dengannya ternyata masih ada 15 orang anak yang memiliki kebutuhan khusus yang harusnya bersekolah di SLB Kecamatan Angkola Timur tidak lagi bersekolah.
“Ada 15 orang anak yang juga berkebutuhan khusus yang berasal dari Sipirok ini tidak bersekolah lagi bang, dan yang masih sekolah 5 orang lagi. Setahu saya alasannya mereka berhenti karena orangtua mereka tidak mampu lagi untuk membayar biaya transportasi sekolah yang dibebankan kepada orngtua sebesar RP.150.000,- /bulan” Ungkap Rahmad.
Peringatan hari difabel internasional ini Rahmad berharap dan meminta kepada pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, agar anak – anak yang berkebutuhan khusus ini lebih diperhatikan dan diberdayakan lagi.
“saya sangat berharap kepada pemerintah agar anak – anak yang berkebutuhan khusus ini lebih diperhatikan, terutama anak – anak disabiltas di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan, mereka yang tidak bersekolah lagi karena keterbatasan ekonomi orangtua mereka dan dengan adanya nanti perhatian pemerintah saya berharap kedepannya mereka dapat bersekolah lagi dan mendapatkan hak yang sama seperti biasa pada anak – anak lainnya,” harap Rahmad kepada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. (Mahmud Nasution)








