“Rasa tulisan” ala Dahlan Iskan ini membuat tulisannya tidak hanya informatif tetapi juga menarik untuk dibaca, seolah-olah pembaca sedang mendengarkan cerita langsung dari seorang teman. Dengan pendekatan yang dekat dengan pembaca, Dahlan mampu menghidupkan berita dan opini tanpa kehilangan bobot analisisnya. Robot AI tak akan mampu menirunya.
Nah, “rasa” tulisan seorang Dahlan Iskan tersebut benar-benar dinikmati ratusan wartawan yang hadir pada perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (8/2/2025) lalu. Pada sesi “Summit Nasional Media Massa” Pak Dahlan turut hadir, dan ia benar-benar hadir memukau peserta dengan materi dan gayanya yang otentik itu. Cara ia menyampaikan buah pikirnya, membuat kita semua yang hadir seperti “tersirap”. Diam dan menunggu semua kalimat-kalimat yang akan ia ucapkan berikutnya.
Pak Dahlan seperti biasanya berbicara penuh energik, penuh data serta gagasan-gagasan sekara. Dan kita seperti sedang membaca tulisan-tulisannya di Disway. Tulisannya membuat kita seperti mendengar ia bicara langsung. Sebaliknya, ia berbicara seperti kita sedang membaca tulisannya. Khas sekali.
“Ada atau tanpa AI, media tetap harus hidup,” kata Pak Dahlan menggungah semangat hadirin. Ia mengingatkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh media sekarang ini dalam menyikapi dunia digitalisasi yang semakin canggih. Harus ada beberapa perubahan yang harus dilakukan. Antara lain bagaimana media menyikapi dampak penyakit media sosial (medsos) terhadap masyarakat; yaitu tulisan pendek membuat banyak orang ikut berfikir dangkal dan malas membaca tulisan yang panjang-panjang. Apakah kita ikut gaya medsos demi dekat dengan selera masyarakat kekinian, atau tetap dengan style media lama yang suka menulis panjang meski takut tak dibaca orang ramai. Nah, inilah tantangannya, sekaligus peluang. Yuk, kita bahas.