Menurut Pangdam, kita disini membantu Gubernur, bapak-ibu juga mendukung dan membantu Gubernur dalam menjalankan program yang telah direncanakan. Agar apa yang kita harapkan akan damai dan sejahtera. Itu semua bisa terjadi dengan kita perkuat didalam rumah, maka jadilah masyarakat itu kuat, memiliki karakter yang tangguh, sehingga pertahanan jadi kuat dalam kehidupan.
Lanjut Pangdam XII/Tpr, karakter yang baik akan mampu mewujudkan ketahanan yang kuat, sehingga kerukunan beragama akan terjalin dengan baik pula. Selain itu, Kehidupan yang penuh damai sejahtera diwujudkan bukan dalam arti kesan keseragaman tetapi dalam keberagaman. Perbedaan-perbedaan yang ada, sikap menghargai dan menghormati keragaman yang ada bukan hanya terbatas dalam hubungan antar agama, hal ini sangat penting mengingat kemajemukan yang menjadi ciri khas negeri ini, di satu sisi bisa menjadi sumber kekuatan tetapi juga di sisi lain bisa juga menjadi sumber ancaman bahkan perpecahan. Kemajemukan yang ada bisa menjadi sumber kekuatan manakala kita yang berbeda-beda suku, agama, ras dan asal-usul bisa bersikap saling terbuka, saling menerima, saling tenggang rasa, saling menghormati dan saling toleransi.
Selanjutnya, Kemajemukan yang ada berpotensi menjadi ancaman bahkan perpecahan jika warga yang berbeda-beda mengembangkan sikap saling menutup diri, merasa paling benar dan ingin menang sendiri dan mengedepankan sikap intoleransi.
“Sidang di bawah sorotan tema Tuhan mengangkat kita dari samudera raya dan Mazmur 71 ayat 20 B subtema dalam solidaritas dengan sesama anak bangsa kita tetap mengamalkan nilai-nilai Pancasila menanggulangi kemiskinan, ketidakadilan. radikalisme dan kerusakan lingkungan hidup dengan pokok pikiran membangun demokrasi yang adil bagi kesejahteraan bersama makna kata Samudera Raya dalam tema adalah Gambaran atau kiasan dari situasi dan kondisi yang bisa menenggelamkan, menghancurkan, dan membawa penderitaan bagi Indonesia,” ujar Pangdam mengakhiri.