“Di poin sebagai tentara professional inilah, kami berkomitmen terhadap tugas kami dengan tidak terjun ke politik praktis, karena sebagai TNI politik kami adalah politik negara, yang senantiasa mendukung setiap kebijakan negara,” ungkapnya.
“Kalau Netarlitas ini kita jaga dengan baik, maka begara ini pasti tetap aman dan kalau kita netral, tentunya akan mudah juga dalam menyelesaikan berbagai permasalahan,” tegasnya.
Senada dengan Kasrem, Kadispers Lanud Iswahyudi juga menyampaikan tentang komitmen TNI dari pangkat tertinggi sampai dengan terendah untuk menjaga Netralitas TNI dan tidak menggunakan fasilitas yang ada untuk membantu salah satu pasangan calon, serta adanya sanksi tegas jika masih ada anggota yang melanggar.
“Kita juga terus berupaya untuk mewujudkan hal itu, antara lain dengan terus menyosialisasikan dan melaksanakan pengawasan terhadap anggota, serta kita nanti juga tidak memperbolehkan anggota untuk mengantar isteri atau keluarganya yang akan datang ke TPS, agar menegaskan netralitas kami,” lanjutnya.
Dalam kesempatan itu, Kasrem 081/DSJ juga menjawab pertanyaan tentang terkait image TNI di masa lalu atau sebelum reformasi.
“Sebelum reformasi mungkin kami yang dulu namanya masih ABRI itu agak ditakuti, namun setelah itu kita juga melakukan reformasi internal, sehingga sekarang masyarakat tidak boleh merasa takut dan harus membaur. Karena sebagai TNI kami tidak boleh menakut-nakuti hati rakyat dan selalu harus baik-baik dengan rakyat sebagai bentuk humanisme kami,” jelasnya.
Di akhir dialog, RRI bersama dengan TNI menyampaikan komitmennya untuk dapat menjaga netralitasnya dan senantiasa bersinergi dengan komponen bangsa lainnya untuk terus dapat menanamkan nilai-nilai kebangsaan dalam mengisi kemerdekaan dan mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).