Menurut Agus Sasmita, hingga kini Satgas jajaran yang berada dibawah kendalinya masih melaksanakan kegiatan pengamanan obyek vital ataupun pemukiman yang rawan, pembersihan sisa bangunan sambil mencari korban yang masih tertimbun, mendistribusikan logistik ke 125 titik via darat dan 3 sortir ke 2 titik via udara (Desa Lonca dan Lende), fogging di pelabuhan dan posko Balaroa maupun Petobo, patroli kesehatan dan pengobatan keliling, trauma healing, penyemprotan disinfektan dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan, berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Satgas yang dikendalikan oleh Korem 132/Tdl diantaranya adalah pembuatan Shleter dan Huntara yang memadai untuk pengungsi, distribusi/pengeboran air bersih, pembersihan rumah penduduk dan fasilitas umum, tenda sekolah darurat, pembukaan jalan yang tertutup, serta penerangan di tempat relokasi.
“Besok kita masih melanjutkan hal seperti tadi, namun juga sifatnya fleksibel sesuai dengan perkembangan situasi” tegasnya.
Danem 132/Tdl ini juga menyampaikan bahwa sesuai data yang dilaporkan ke Kogasgabpad, korban yang dimakamkan massal sejumlah 1.021 orang dan sisanya 1.091 makamkan oleh keluarga. Kemudian korban luka sejumlah 462 orang serta diprediksikan yang hilang/tertimbun sekitar 1.309 orang
“Sedangkan yang dievakuasi melalui udara mencapai 19.053 orang dan laut sekitar 1.098 orang. Mereka di evakuasi ke Makassar, Balikpapan, Jakarta, Manado, Surabaya, Kendari dan Nunukan,” urai Agus Sasmita.
“Untuk pengungsi di Sulteng sendiri mencapai 223.045 orang yang tersebar di 122 titik, lalu 6.635 orang di Makassar, 2.096 di Kalimantan, serta WNA yang terdampak sejumlah 130 orang,” tambahnya.
Di tempat terpisah Dansatgas Brigif 022/OM Kolonel Inf Verianto Napitupulu yang bertugas di sektor Sigi menyatakan bahwa operasional PLN masih terkendala dampak likuifasi sehingga di beberapa camp pengungsian masih membutuhkan tambahan penerangan.