“Dari beberapa referensi yang saya baca, saat pertama kali bayi keluar dari rahim, merupakan kondisi kritis karena memerlukan berbagai perubahan biokimia dan Faali,” ujar Erwin.
“Dimana peredaran darah melalui plasenta digantikan fungsi paru-paru, berfungsinya saluran cerna untuk menyerap makan, berfungsinya ginjal mengeluarkan bahan tidak terpakai untuk mempertahankan homeostatis kimia darah, fungsi hati menetralisir dan mengekresi racun dalam tubuh, serta lain sebagainya,” rinci Erwin.
Jadi, lanjutnya, kondisi awal bayi itu sangat rentan dan memerlukan perhatian dan perlakuan khusus.
“Apalagi jika sang bayi dilahirkan prematur. Sesungguhnya kondisi mereka masih belum siap dengan perubahan-perubahan tadi,” tegasnya .
Dari peristiwa itu, Erwin menegaskan bahwa semua pihak (keluarga Yessy, anggota medis Satgas, maupun RS) telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan Ibu dan Bayi.
“Namun semuanya kembali kepada kodrat Yang Maha Kuasa. Semoga keluarga kembali lekas pulih dan dapat mengikhlaskan sang bayi,” imbuhnya.
Untuk meringankan beban keluarga Yessi, abituren Akmil 2002 ini pun menyampaikan bahwa pihaknya telah membantu penyiapan pemakaman bagi sang bayi.
“Sebagai bentuk rasa bela sungkawa dan membantu meringankan keluarga, kita bantu pemakaman jenazah,” paparnya.
Terpisah, atas kejadian yang dialami istri dan anaknya, Yessi mengaku sudah ikhlas dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
“Saya Ikhlas, ini sudah takdir saya dan keluarga,” ungkapnya sambil meneteskan air mata.
Ia pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada personel Satgas, atas bantuan dan kerja kerasnya, mulai dari proses melahirkan hingga pemakaman jenazah.
“Terima kasih pada Satgas yang dengan ikhlas membatu saya,” tandasnya.