“Puslitjakdikbud ini mengawal kebijakan pembangunan supaya sinkron dan sejalan. Ini kita harus kawal, maka dari itu kita produksi lagi kolaborasi dengan pemerintah daerah dan memastikan bahwa pembangunan pendidikan kita apakah sudah _on the track_ dan melahirkan berbagai kebijakan,” kata Yaya.
Kebijakan yang dilahirkan itu, kata Yaya, harus berbasis penelitian dan pengembangan serta harus meningkatkan cara menganalisis data. Untuk kuantitatif mungkin masih lemah. “Oleh karena itu, kita perlu bersinergi lagi dan ini kita siap berkolaborasi untuk meningkatkan kapasitas ini,” jelas Yaya.
Sementara itu Kepala Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan (Kapuslitjakdikbud) Kemendikbud, Muktiono Waspodo, dalam sambutannya mengatakan, bahwa Seminar ini menjadi bagian yang penting bagi Puslitjakdikbud untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian khususnya di tahun 2019 karena hasil penelitian yang dilakukan para peneliti maupun perekayasa harus disampaikan pada para pemangku kepentingan.
“Kita berharap dengan adanya hasil-hasil penelitian ini bisa menjawab tantangan kebijakan dalam era disrupsi, karena dengan penelitian yang diperoleh bisa memperkuat perumusan kebijakan yang diambil oleh pemangku kepentingan. Hasil penelitian ini juga merupakan bagian dari kolaborasi yang dilakukan oleh lembaga mitra penelitian serta internal Kemendikbud,” ungkap Muktiono.
Dengan disrupsi ini, lanjut Muktiono, maka proses adaptasi dan penyampaian hasil-hasil temuan di lapangan harus cepat sehingga apa yang diinisiasi kebijakan juga menjawab tantangan dan kebutuhan yang riil di lapangan dalam era disrupsi.
“Tantangan di era disrupsi ini yaitu bagaimana kecepatan kita untuk menyediakan hasil-hasil penelitian kita untuk para pengambil kebijakan, karena ada tantangan multidimensi sehingga kita harus lebih cepat bahkan harus lebih awal dalam memprediksi apa yang akan terjadi kedepannya dan bagaimana harus mengantisipasi hal tersebut,” katanya.