“Hari ini kita sudah meninggalkan model peperangan tradisional (Traditional Warfare) maupun peperangan konvensional (Conventional Warfare). Dunia memasuki era baru dengan model peperangan modern (Modern Warfare) atau lebih dikenal dengan peperangan generasi kelima (Fifth Generation Warfare),” ucap Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
Lebih lanjut Panglima TNI menyampaikan bahwa pelaksanaan konferensi internasional yang mengangkat tema “Preparing Modern Armed Forces for Peacekeeping Operations in the 21ˢͭ Century” atau mempersiapkan angkatan bersenjata modern untuk operasi pemeliharaan perdamaian di abad ke-21 tersebut diperlukan kesamaan visi dan persepsi dalam melaksanakan peacekeeping operation khususnya hal-hal yang berkaitan dengan protection of civilian and medical personel in armed conflict.
“Hal ini merupakan implementasi Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1674 tahun 2006 tentang Protection of Civilian in Armed Conflict dan Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 2286 tahun 2016 tentang Condemning Attacks on Healthcare in Armed Conflict. Demikian juga dengan pelibatan wanita dalam misi perdamaian (women in peacekeeping operation) yang sampai saat ini masih jauh dari harapan,” pungkas Panglima TNI.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Alexandre Faite selaku ICRC Head of the Regional Delegation (HORD) untuk Indonesia dan Timor Leste dalam sambutannya menyampaikan, bahwa pada konferensi internasional antara TNI dan ICRC diselenggarakan untuk membahas bagaimana mempersiapkan Angkatan Bersenjata modern dalam operasi pemeliharaan perdamaian di era modern ini dengan semua tantangannya, mulai dari perlindungan warga sipil, perempuan dalam konflik bersenjata, hingga perlindungan tenaga medis.